Jakarta, Universitas Narotama -- Dua tentara Ukraina tewas akibat ledakan di bagian timur negara tersebut pada Senin (10/1) waktu setempat. Kabar tersebut dikonfirmasi langsung pihak militer.
"Akibat ledakan alat peledak yang tidak diketahui, dua prajurit menerima luka yang tidak sesuai dengan kehidupan," kata militer seperti diberitakan AFP, Senin (10/1).
Dalam sebuah pernyataan di Facebook, tentara menuduh separatis menembaki posisinya dengan peluncur granat, senapan mesin dan senjata ringan.
Situasi tersebut terjadi di tengah pejabat tinggi AS dan Rusia mengadakan pembicaraan. Negosiasi tersebut digelar di tengah kekhawatiran invasi Rusia terhadap tetangganya yang pro-Barat, Ukraina.
Rusia telah memberikan tekanan kuat pada Ukraina sejak 2014 setelah sebuah revolusi menggulingkan pemerintah yang berpihak pada Kremlin, supaya tidak bergerak lebih dekat ke Eropa.
Rusia merebut semenanjung Krimea dan mendukung pemberontakan di Ukraina timur yang menewaskan lebih dari 13.000 orang.
Sebelumnya, AS menuding Rusia siap menyerang Ukraina. Mereka pun mengerahkan pasukan untuk melatih tentara Ukraina. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga pada Minggu (9/1) menekankan bahwa Rusia harus memilih antara dialog dan konfrontasi.
Sedangkan Rusia menuduh AS punya sistem rudal yang siap untuk diluncurkan ke arah negaranya.
Namun, AS membantah tuduhan tersebut. Tak hanya itu, Presiden Joe Biden menegaskan bahwa AS tak akan segan menjatuhkan sanksi jika Rusia benar-benar menyerang Ukraina.