Fajar Nugraha - Okezone
Hasan Rouhani (Foto: AFP)
TEHERAN - Presiden terpilih Iran Hassan Rouhani menepis anggapan bahwa dirinya akan menunda aktivitas nuklir Iran. Namun dirinya berharap bisa memperoleh kesepakatan untuk mengatasi kekhawatiran negara besar tentang program nuklir yang Iran jalankan.
Program nuklir Iran yang berlangsung saat ini memang memicu sanksi yang diterapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Israel, menuduh Iran mengembangkan nuklir untuk dijadikan senjata.
Tetapi, Rouhani menolak untuk menarik program nuklir Iran yang sudah berlangsung sejak lama. Ulama moderat itu berjanji akan melakukan transparansi mengenai perkembangan nuklir Iran.
"Tidak akan ada perubahan dalam program nuklir Iran. Iran akan lebih transparan dalam aktivitas (nuklir) dan sejalan dengan aturan internasional," ujar Rouhani, seperti dikutip FARS, Selasa (18/6/2013).
Pria yang pernah menjadi ketua negosiator nuklir Iran pada 2003 hingga 2005 itu menegaskan, tidak mungkin negaranya kembali melakukan moratorium pengayaan uranium seperti dulu. Menurutnya, periode itu sudah selesai.
Ketika Rouhani turun dari jabatan sebagai ketua negosiator nuklir, Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang akan segera digantikan oleh Rouhani justru meneruskan pengayaan nuklir. Hal tersebut memicu Dewan Keamanan PBB mengeluarkan ultimatum agar Iran segera menunda program nuklir.
Selain masalah nuklir, Rouhani juga menegaskan kembali dukungannya kepada Pemerintah Suriah. Menurut Rouhani tidak ada perubahan atas kerja sama Iran dengan Presiden Suriah Bashar Al Assad, yang selama ini menjadi kekhawatiran pihak barat. (faj)