Sebuah mobil rusak terlihat di dekat karpet yang dijadikan perlindungan dari penembak jitu di sepanjang jalan distrik al-Bayada di Homs, Suriah, Kamis (13/12). Rusia kemarin menegaskan tidak mengubah sikapnya terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.
MOSKOW – Hanya sehari setelah deputi menteri luar negerinya menuturkan adanya kemungkinan tumbangnya rezim Suriah, kemarin, Rusia menegaskan tidak mengubah dan tidak akan mengubah pendirian mereka terhadap Suriah. “Kami tidak pernah mengubah posisi kami (terhadap Suriah) dantidakakanpernah,”ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich, seperti dikutip AFP.
Sebelumnya, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov memaparkan, rezim Suriah kehilangan lebih banyak kontrol dan tidak memungkiri bahwa Presiden Bashar al-Assad bisa kalah dalam konflik dengan pemberontak. Amerika Serikat (AS) menyambut komentar Bogdanov itu dengan menyatakan Moskow pada akhirnya terbangun di tengah kenyataan. Namun, kemarin, Lukashevich mengomentari pernyataan AS itu dengan menyebut mereka tidak pernah tidur untuk mulai melihat kenyataan.“Posisi kami tetap seperti dulu,” ujar dia.
“Sikap kami tidak berubah.” Tidak jelas apakah Bogdanov yang juga utusan khusus Kremlin untuk Timur Tengah sadar kalau ucapannya pada Kamis (13/12) itu direkam dan akan dilaporkan kantor berita Rusia. Sejauh ini, Rusia menolak menentang rezim Assad meski telah terjadi konflik yang diperkirakan telah menewaskan 42.000 orang sejak Maret tahun lalu.
Moskow justru membuat marah Barat dan negara anti- Assad karena menolak memotong hubungan militer dan hubungan lain dengan Damaskus yang ada sejak era Soviet dengan ayah presiden itu, Hafez al-Assad. Moskow dianggap sebagai sekutu dekat rezim Assad sejak pemberontakan untuk menggulingkan dia meletus pada Maret 2011. Bersama China, Rusia memveto tiga resolusi Dewan Keamanan PBB yang didukung AS.
Lukashevich merilis pernyataan yang menyatakan Bogdanov belum memberikan pernyataan atau wawancara khusus dengan wartawan dalam beberapa hari terakhir. Fyodor Lukyanov, editor jurnal Russia in Global Affairs, mengesampingkan signifikansi komentar Bogdanov itu.“Dia mengungkapkan opini profesionalnya. Diplomat jelas tidak mau sensasi,”ujar dia. Menurut Lukyanov, sudah telat membahas masa depan Assad saat ini.
“Masa depan Assad akan diputuskan di arena perang,”ujar dia. Sementara seorang pejabat senior Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kemarin menyatakan,Assad tidak akan bertahan di tumpuk kekuasaannya. Pejabat itu, Knud Bartels, jenderal asal Denmark yang mengetuai Komisi Militer NATO, juga memaparkan, aliansi Barat sedang menyusun rencana untuk menjaga stok senjata kimia Suriah kalau Assad mundur atau dipaksa mundur. “Kalian bisa bilang kalau saya mungkin mengasumsikan Assad akan menghilang.
Saya cenderung yakin kalau inilah yang akan terjadi,” ujar dia, seperti dikutip Reuters. Ditanya mengenai strategi menghadapi konflik di Suriah, dia menjawab kekhawatiran terbesar NATO adalah keamanan di Turki, yang berbatasan dengan Suriah. AS kemarin telah menyatakan bakal menempatkan dua rudal Patriot di Turki bersama 400 tentara, untuk membantu Ankara membela diri dari ancaman dari Suriah.
Sumber : seputar-indonesia.com