Difabel Asal Kudus Ini Ciptakan 5 Aplikasi & Siap ke Gedung Putih
30 Juli 2019, 09:00:22 Dilihat: 221x
Namanya Anjas Pramono, difabel bersemangat tinggi dan berprestasi luar biasa. Dia telah meraih penghargaan taraf internasional atas prestasinya menciptakan lima aplikasi.
Berbincang dengan detikINET, mahasiswa Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (UB) ini menceritakan perjalannya membuat aplikasi tersebut.
"Saya telah membuat lima aplikasi. Semuanya berbasis Android. Sebagian besar berkaitan dengan isu disabilitas. Dan semuanya Alhamdullah saya ikutkan lomba. Semuanya menang, ada yang emas, perak, dan perunggu," ujarnya saat ditemui di Susu Muria Cafe, Kudus beberapa waktu lalu.
Anjas membuat aplikasi bernama Difodeaf, sebuah kamus bahasa isyarat. Aplikasi ini diganjar medali emas dari University of Malaysia pada 2018.
"Lewat aplikasi Difodeaf, kita bisa mengubah bahasa Inggris atau Indonesia menjadi gambar bahasa isyaratnya seperti apa. Ada gamenya juga," terang pemuda asal dari Desa Besito, Kecamatan Gebong, Kudus ini.
Aplikasi kedua yang dibuat bernama Locable. Adalah kepanjangan dari Location for Difable. Aplikasi ini untuk menjawab kendala teman-teman difabel agar bagaimana bisa mengakses tempat yang ramah disabilitas.
"Saya sudah pernah ke beberapa wisata, saat ke objek wisata, ternyata di sana tidak ada bidang miring, dan alat-alat ramah difabel. Saya ngangur," ujar Anjar
Karya ketiga yang dibuatnya adalah aplikasi jual beli disabilitas (jubilitas). Dia membuat aplikasi ini karena ingin memberikan ruang kepada difabel untuk berwirausaha. Mengingat kesempatan mereka mendapatkan pekerjaan seperti di kantor dan sebagainya sangat kecil.
"Begini persepsi saya, disabilitas tidak bisa kerja maksimal di perkantoran. Minim bukaan lowogan kerjaan. Kami berjuang sendiri yakni membuat wirausaha. Nah berwirausaha, teman-teman difabel butuh ruang e-commerce. (Bisa) Di aplikasi jubilitas," tutur pemuda 21 tahun itu.
Ada juga aplikasi yang dibuat Anjas, berkaitan tentang transportasi. Aplikasi tersebut dipasang di angkot dan dapat perunggu di Bali tahun kemarin.
"Saya buat sistem agar angkot lebih bisa bersaing. Angkot kan ada rute, angkot ada di mana. Jadi memudahkan kita mendapatkan angkot karena ada informasi keberadaan angkot," terang putra pasangan Sukamto (46) guru SMP 2 Kaliwungu Kudus-Sri Susilowati (43) perawat RSUD Kudus ini.
Terakhir ada aplikasi guru ngaji. Aplikasi ini berguna untuk orang tua yang akan memilih guru ngaji untuk anaknya. Sebab di kota besar macam Jakarta, atau Surabaya, tidak sedikit guru ngaji yang mengajarkan ilmu yang radikal.
"Misal saya punya anak, maka saya bisa pilih guru ngaji. Supaya tidak bertemu dengan guru ngaji yang radikal. Karena saya bila punya anak tidak mau kalau salah pilih guru ngaji. Di aplikasi itu terdapat daftar guru ngaji, asal tempat pendidikan atau pondok pesantren mana, murid dari kiai siapa," jelas Anjas.
Sumber: Detik.Com