Santri di Kudus Belajar Tentukan Arah Kiblat Salat
28 Mei 2019, 09:00:06 Dilihat: 264x
Ratusan santri Pondok Pesantren Tahfidz Yanbu`ul Qur`an, Desa Menawan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus belajar menentukan arah kiblat salat. Mereka belajar mengenal alat secara sederhana untuk menentukan arah kiblat berdasarkan arah matahari.
Mereka terlihat antusias mengikuti kegiatan di halaman pondok pesantren, Minggu (19/5) sore hari. Meski sinar matahari sore hari mengenai tepat arah pandangan mereka, mereka tak peduli.
Dengan seksama, mereka mengikuti keterangan pemateri penentuan arah kiblat. Pematerinya berasal dari perguruan tinggi Ma`had Aly Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus. Perguruan tinggi Islam yang menyelenggarakan pendidikan akademik di bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab salaf, khususnya pusat kajian dan pengembangan ilmu falak.
Azhar Lathif Nashiran, dosen atau muhadir Ma`had Aly Kudus menjelaskan, penentuan arah kiblat salat adalah hal penting. Pada tahun ini, waktu yang tepat untuk menentukan arah kiblat (rashdul kiblat) yakni pada 28 Mei 2019 dan 16 Juli 2019 pada pukul 16.27 WIB.
"Kita menyiapkan 28 Mei yang akan datang yaitu peristiwa penentuan arah kiblat (rashdul kiblat). Yang mana ini merupakan penentuan arah kiblat secara global. Bukan hanya di Indonesia. Kenapa kita pakai rashdul kiblat padahal sudah canggih atau kenal aplikasi yang lain? karena rashdul kiblat dengan bantuan matahari secara langsung, ini adalah murah, meriah dan akurat," kata Azhar kepada media di lokasi.
Menurutnya yang penting adalah akuratnya. Karenanya pada tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB diharapkan masyarakat seluruh Indonesia, kecuali Indonesia bagian timur (WIT) untuk praktik menentukan arah kiblat sendiri, di tempat salat masing-masing. Termasuk yang ada di rumahnya.
"Khususnya yang ada di rumahnya. Ini perlu dipraktikkan penentuan arah kiblat. Kenapa? karena ini murah, meriah, dan akurat," jelasnya.
Dalam praktiknya, yakni pada waktu yang ditentukan tadi, silakan untuk meletakkan benda apa saja tepat di bawah sinar matahari atau lokasi yang kena sinar matahari secara tegak lurus. Jatuhnya bayangan dari benda yang tersinari adalah arah kiblat salat.
"Maka diharapkan 28 Mei bisa mengukur arah kiblat masing-masing, satu kali pengukuran untuk seterusnya," tambahnya.
Yang diutamakan, kata dia, adalah rumah yang jadi tempat ibadah salat. Kalau masjid, atau musala, biasanya sudah ada ijtihadnya masing-masing menentukan arah kiblat saat pembangunan.
"Maka bagi santri atau masyarakat umum bisa praktik di rumah masing-masing. Biar ketika akan menjalankan salat benar-benar menghadap ke arah kiblat," imbaunya.
Selama ini kecenderungannya, santri atau warga umum, ketika salat di rumah, langsung menggelar sajadahnya. Mereka tak pernah mengukur arah kiblatnya sebelumnya. "Sebelum salat tidak diukur dulu arah kiblatnya. Itu rata-rata. Hampir mayoritas. Maka diharapkan 28 Mei bisa mengukur arah kiblat masing-masing, satu kali pengukuran untuk seterusnya," tambahnya.
Dalam kesempatan itu, pihaknya juga melatih santri menentukan waktu salat menggunakan jam istiwa atau jam bencet. Sebab selama ini jam istiwa hampir sudah tidak diketahui masyarakat umum.
"Rata-rata yang diketahui adalah jam WIB. Jam istiwa adalah jam matahari yang sebenarnya," pungkasnya.
Sumber: Detik.Com