Oseania Menguntungkan, Tapi Tak Mudah Ditaklukkan
30 Juli 2013, 08:00:02 Dilihat: 242x

Oleh Football Fandom
ANTARA/Ismar Patrizki
Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi dan Aditya Nugroho
Timo Scheunemann, mantan direktur pembinaan pemain muda PSSI, baru-baru ini menyarankan agar Indonesia pindah ke zona Oseania demi kesempatan lolos ke Piala Dunia yang lebih besar. Bukan ide baru, hanya kembali mengemuka setelah digulirkan Coach Timo.
Zona Asia terlalu sulit kita taklukkan. Di kawasan Asia Tenggara, kita kesulitan ketika bertemu dengan Thailand, Singapura dan Malaysia. Di zona utama, kita harus menghadapi Jepang, Korea Selatan, Cina, Iran, Arab Saudi, hingga kekuatan baru Asia, Australia — yang pindah dari Oseania.
Peluang kita lebih besar jika pindah ke Oseania, yang dihuni oleh lebih sedikit negara dan tidak punya kultur sepak bola kuat (apalagi setelah Australia tak ada).
Jika pindah ke Oseania, kita cukup bersaing dengan 11 negara lainnya, yang rata-rata merupakan negara kecil. Bandingkan jika tetap di zona Asia, kita harus menghadapi 46 negara.
Koefisien Oseania memang hanya 0,5 tapi lebih mudah sebab kita bersaing dengan 11 negara. Sedangkan Asia dapat jatah 3,5 tetapi harus diperebutkan oleh 46 negara. Jika ditinjau dari rangking FIFA, Indonesia yang saat ini berada di peringkat 168 dunia, berada di rangking 34 Asia.
Jika Indonesia pindah ke Oseania maka kita berada di peringkat kelima (berdasar peringkat FIFA Juli 2013). Hanya kalah dari Selandia Baru (55), Kaledonia Baru (97), Tahiti (154) dan Kepulauan Solomon (162).
Kita punya peluang salah satunya karena keempat negara itu tidak punya liga yang kompetitif. Selandia Baru biasanya mengirimkan klubnya untuk bermain di liga Australia. Sementara Tahiti bahkan hanya punya satu pesepakbola profesional, Marama Vahirua, yang bermain di Pantrakikos, Yunani.
Kalau menang di zona Oseania, Indonesia akan melaju ke penyisihan melawan peringkat empat Concacaf (kawasan Amerika Tengah dan Karibia), yang kemungkinan akan ditempati oleh Honduras, Panama, atau Jamaika. Sampai sini, kita masih mungkin menang. Terutama mengingat kita pernah mengalahkan Jamaika 2-1 pada laga persahabatan di Jakarta, Juni 2007.
Minim Pengalaman Menghadapi Negara Oseania
Namun, jangan terlalu optimis. Indonesia memang memiliki liga sepak bola yang reguler diputar setiap tahun dan dilabeli profesional, tapi pengelolaan dan kualitas pembinaannya masih jauh dari yang diharapkan. Liga yang masih banyak kekurangan di sana-sini belum bisa menghasilkan pemain kelas dunia atau setidaknya berkualitas untuk bersaing di tingkat Asia Tenggara dan Asia.
Tim nasional juga selama ini tidak punya pengalaman yang bisa dikatakan bagus ketika bersua dengan negara dari Oseania.
Indonesia pernah gagal dalam kualifikasi Piala Dunia 1982 dari negara Oseania. Kala itu kita tergabung dalam Sub Grup A bersama Selandia Baru, Australia, Taiwan dan Fiji. Di luar Taiwan, ketiga lawan Indonesia merupakan negara Oseania waktu itu.
Pada pertandingan pertama di Jakarta, Indonesia langsung kalah 0-2 dari Selandia Baru. Lantas kalah lagi 0-2 dari Australia di Melbourne. Kembali kalah 0-5 dari Selandia Baru di Auckland dan hanya bermain imbang 0-0 dengan Fiji di Suva.
Kembali ke Jakarta, pelatih Harry Tjong langsung digantikan oleh Endang Witarsa. Indonesia kemudian berhasil menang 1-0 atas Taiwan, tapi kemudian kalah 0-2 saat tandang. Menghadapi Fiji yang menjadi partai hidup-mati, Indonesia tampil mengecewakan. Sempat unggul 3-1, Fiji berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3. Indonesia menutup kualifikasi dengan menang 1-0 atas Australia di Surabaya.
Walaupun akhirnya terhindar dari posisi juru kunci, setidaknya itu menunjukkan bahwa menghadapi lawan dari Oseania yang secara kualitas “di bawah” negara Asia pun Indonesia kesulitan.
Tiga dekade setelah itu, kita jarang bertemu tim dari Oseania. Hasil penelusuran kami, Indonesia hanya pernah menghadapi Selandia Baru, Fiji dan Papua Nugini.
Kita berjumpa Fiji dua kali di kualifikasi Piala Dunia 1982. Pernah sekali bertemu dengan Papua Nugini dengan hasil satu kekalahan 0-1 di Merdeka Games 1 September 1984.
Sementara menghadapi Selandia Baru, Indonesia sudah bertemu sebanyak sembilan kali dengan rekor dua kali menang, lima imbang, dan sisanya kalah. Dari segi produktivitas gol, Indonesia memasukkan 8 gol, dan Selandia Baru 9 gol. Pertemuan terakhir di Jakarta tahun 2008, Indonesia menang 2-1 atas Selandia Baru. Tapi, saat itu mereka “hanya” menurunkan tim U-23.
Zona Oseania memang lebih ringan dan memungkinkan, tapi bukan berarti bisa kita taklukkan begitu saja. Boleh jadi ide bagus, tapi tidak akan berarti apa pun tanpa perbaikan di pembinaan dan kompetisi.
Jangan lupa juga bahwa tim nasional yang tangguh tidaklah dibentuk dalam waktu satu-dua tahun. Untuk membentuk tim nasional yang kuat, dibutuhkan pemain-pemain yang telah ditempa di kompetisi profesional, dan kompetisi yang bermutu tinggi tentu merupakan hasil dari pembinaan yang baik. Sudah siapkah sepak bola Indonesia?
Yang juga perlu serius dipikirkan, pindah zona berarti kita tak lagi punya hak berlaga di Piala Asia dan AFF (yang kerap menghadirkan pertandingan seru). Kendati demikian, kita masih bisa ikut SEA Games.
Anda setuju dengan ide Indonesia pindah ke Oseania?
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.