Liang Chiu Sia: Jika Sudah Hebat, Saya Baru Ngomong
08 Mei 2013, 09:19:33 Dilihat: 246x
Liputan6.com, Jakarta : Sejak Susi Susanti memutuskan pensiun dari dunia bulu tangkis pada 1997, hingga kini belum ada satu pun pebulu tangkis Indonesia yang menyamai prestasinya. Prestasi yang diraih mantan Ratu Bulu Tangkis dunia itu tidak lepas dari tangan dingin Liang Chiu Sia. Berkat didikan pelatih berusia 63 tahun itu, Susi meraih sejumlah gelar, dua di antaranya adalah medali Emas Olimpiade Barcelona 1992 serta Juara Dunia 1993.
Sempat keluar dari Pelatnas PBSI Cipayung, Liang Chiu Sia kini kembali dipercaya menjadi pelatih kepala tunggal putri di era kepengurusan Gita Wirawan. Adalah Susi Susanti yang meminta kesediaan Liang Chui Sia untuk kembali melatih di Pelatnas. Di tangan Liang Chiu Sia kehormatan bulutangkis Putri Indonesia diharapkan bisa melahirkan kembali prestasi-prestasi yang sudah pernah diraih Susi Susanti di masa lalu.
"Pelan-pelan saya membenahi mereka. Saya latih kelenturan, stamina, dan daya tahan," kata Liang Chui Sia saat ditemui di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, Senin (6/5/13) WIB.
Liang Chui Sia mengatakan, kendala melatih tunggal putri karena para pemainnya rata-rata sudah jadi sehingga dirinya tidak bisa langsung memaksakan program latihan yang diterapkan. "Saya latih kembali kelenturan pelan-pelan, karena kalau dipaksakan bisa "patah"," ucapnya.
Ditambah lagi, jadwal bertanding yang padat menjadi kendala untuk memperbaiki kelemahan para pemainnya. "Baru sedikit saya perbaiki kelemahannya, mereka sudah pergi lagi bertanding," tuturnya.
Baru beberapa bulan melatih Lindaweni Fanetri dan kawan-kawan, hasil polesan Liang Chui Sia sudah mulai terlihat. "Ada perkembangan, tetapi sedikit. Lindaweni kini sudah di 15 besar dunia, Aprilia Yuswandari 20 besar," ujarnya.
Tak hanya teknik, Liang Cui Sia juga menekankan soal mental bertanding. Ia selalu menegaskan kepada pemainnya bahwa tidak ada yang tak bisa dikalahkan. Ketekunan berlatih dan semangat tinggi serta percaya diri bersikap optimistis adalah cara yang dilakukan untuk mendapatkan prestasi. "Saya ingin melihat pemain saat memasukin lapangan dengan sikap ingin menang dan tidak ingin kalah," tutur Liang Chui Sia.
Menurutnya, sikap itu mulai terlihat pada pemainnya. Ini terbukti saat Lindaweni Fanetri mengalahkan Wang Yihan di babak pertama All England 2013. Padahal, Wang Yihan merupakan pemain ranking tiga dunia dan peraih medali perak Olimpiade London dan Juara Dunia 2011. Begitu juga dengan Aprilia yang baru-baru ini lolos ke semifinal India Super Series untuk kali pertama.
"Saya bilang ke mereka, kalah itu sudah biasa karena mereka selama ini selalu kalah. Tapi, kalau menang itu baru luar biasa," ujarnya. "Perasaan ingin menang dan tidak mau kalah itu sudah ada, dan pemain sendiri yang harus meningkatnya.
Mengenai Piala Sudirman, Liang Cui Sia mengakui tunggal putri memang sulit menyumbang angka. Namun, bukan berarti pemainnya akan mengalah begitu saja. "Kami memang sulit untuk menyumbang angka, tapi bukan berarti kami tidak akan berusaha. Kami siap membuat kejutan," katanya.
"Pokoknya kalau sudah hebat, saya baru banyak omong," tambah pelatih kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu dengan penuh canda.